Nikmat Yang Terlupa (Segunung Simpati Segenggam Empati)

“buat apa aku mikirin orang laen, mikirin diri sendiri aja masih susah,” sepenggal kata-kata yang sering sekali kudengar. Mungkin kalo kita simak dan pikirkan ada benarnya juga, tetapi tidakkah kita melihat disekitar kita masih banyak sekali orang-orang yang masih belum beruntung daripada kita. Mengemis, ngamen, tidur ditrotoar/jembatan, tuna rungu,tuna netra dan sebagainya.
Banyak diantara kita masih sibuk membandingkan pendapatan yang tidak sesuai menurut kriteria yang kita buat sendiri tanpa pernah berpikir pernah tidak kita sisihkan untuk orang lain disekitar kita yang masih membutuhkan uluran tangan dari kita. Banyak nikmat yang tanpa kita sadari selalu bersanding sejak kita bangun sampai tidur lagi tidak pernah kita hitung dan hargai bagaimana seandainya semua nikmat tersebut harus kita beli dengan rupiah.
Kadang diantara kita mudah sekali bercerita dan bersimpati terhadap ketidak beruntungan orang lain tetapi tidak pernah tergerak untuk berempati terhadap ketikdak beruntungan mereka, padahal mungkin sedikit empati dari kita bagi mereka mungkin merupakan nikmat yang luar biasa dan mungkin tidak setiap hari mereka dapat merasakannya. Bukankah diantara sekian banyak nikmat yang kita dapatkan terdapat juga nikmat mereka yang seharusnya kita berikan…? Bukankah dengan membagi nikmat yang kita dapatkan adalah salah satu cara kita untuk mensyukuri nikmat…?
Allah berfirman:
Barangsiapa bersyukur atas nikmatKu maka niscaya nikmatnya akan Aku tambah dan barangsiapa tidak bersyukur atas nikmatKu azabKu sangat pedih.

Kutulis ini untuk mengingatkanku akan nikmat yang sering kulupa, kutulis ini karena aku sering terlupa pada mereka yang menunggu empati dariku atau orang lain walaupun mereka kadang tidak meminta.

Musik Tradisional Sasak

Keaneragaman budaya kita membuat setiap masuk ke suatu daerah kita menemukan sesuatu yang berbeda, mulai dari bahasa, adat istiadat, musik dan lain-lain. Musik tradisional adalah salah satu keindahan budaya yang kita miliki, kendang beleg adalah salah satu tradisional musik dari suku sasak (P. Lombok). Salah satu kepedulian pemerintah Kota Mataram terhadap budayanya adalah dengan menyelenggarakan festival musik gendang beleg tingkat SMA se-Kota Mataram.Mirip dengan musik tradisional bali kalo kita dengerin ga tau ya mungkin karena secara histori lombok dibawah pemerintahan kerajaan bali, who knows?

Sehari bersama Jama’ah Tabligh

Hari minggu kemarin, aku diajak Amir jama’ah tabligh dari Dompu kabupaten Bima untuk mengikuti kegiatannya selama 1 hari, dimulai dari ba’da subuh sampai dengan isya’. Jujur sebenarnya aku gak tau sama sekali kegiatan mereka selama ini.
Pagi sebelum sholat subuh aku sudah berangkat ke Masjid dekat kost dengan mengendarai motor dengan tas punggungku beserta bekal pakaian satu stel. Setelah sholat subuh berjamaah kami berangkat menuju masjid raya kota mataram dengan kendaraan dua mobil sedangkan aku naik motor bersama salah seorang jamaah. Sesampai di masjid raya kami menurunkan peralatan dan perbekalan.
Setelah selesai melakukan sholat sunnah dhuha kami melakukan musyawarah untuk menentukan kegiatan didalam masjid dan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melakukan syi’ar keliling. Usai bermusyawarah kami sarapan pagi bersama dengan nasi balap, selesai makan kami beristirahat sejenak sambil menunggu adzan sholat dhuhur.
Adzan sholat dhuhur berkumandang kami segera mengambil air wudhu untuk melakukan sholat dhuhur bersama-sama. Selesai sholat dhuhur seorang teman kami membentuk kelompok kecil dan mulai membacakan kajian dan kami mendengarkankannya.
Beberapa saat kemudian amir jama’ah meminta satu kelompok untuk melakukan syi’ar keliling dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang dan salah satunya adalah teman-teman senior.
Tiba giliranku untuk keluar bersama salah satu senior dari Riau untuk melakukan syi’ar keliling, kami memilih salah satu gang didepan masjid. Satu rumah didepan masjid terlihat seorang pria sedang mencuci mobil, kami memberikan salam “assalamu’alaikum” dan beliau membalas “wa alaikum salam”, ketika kami akan memasuki rumahnya salah satu dari mereka meminta kami untuk meneruskan perjalanan saja, kemudian seniorku memberi salam dan mohon pamit untuk melanjutkan perjalanan.
Kami terus berjalan dari kejauhan tampak sebuah brugak dan ada seorang remaja sedang ber-sms, kami hampiri dan beruluk salam “Assalamu’alaikum” dan dia menjawab “wa alaikum salam”. Kami memperkenalkan diri kami kemudian seniorku mengobrol sedikit dan kemudian mulai mengutarakan maksud dan tujuan kami bersilahturahmi salah satunya tentang keutamaan dari bersilahturahmi sesama muslim dan kami mengajak untuk sholat wajib berjamaah di masjid. Setelah cukup kami mohon diri dan kami kembali ke masjid untuk kembali mendengarkan kajian yang sedang dilakukan salah seorang dari kami. Dalam hati aku membayangkan bagaimana dulu susahnya Rosullullah dan para sahabat ataupun para ulama dalam mensyi’arkan agama kepada umat yang masih belum memeluk Islam sebagai agama, tantangan yang mereka alami lebih besar daripada kami yang hanya mengajak sesama muslim untuk sholat berjamaah ke masjid dan mendengarkan pengajian.
Tak terasa waktu sudah malam dan setelah sholat isya’ berjamaah, aku diberikan nasehat dan petuah sebelum aku pamit untuk pulang ke rumah, tentang pentingnya untuk selalu saling mengingatkan saudara-saudara se-aqidah untuk selalu menegakkan Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Ket.
Nasi balap = nasi bungkus
Brugak = bangunan kecil rumah panggung di depan rumah (khas lombok)

PULAU SERIBU MASJID

Keindahan alam pulau lombok ini memang sudah tidak diragukan lagi, kalo boleh dibilang tidak kalh dengan keindahan pulau bali, hanya dipulau ini sentuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam menunjang obyek-obyek wisata tersebut masih kurang. Selain dengan keelokan alamnya pulau Lombok Nusa Tenggara Barat juga terkenal dengan sebutannya dengan pulau seribu masjid, ini bukan tanpa alasan, karena memang banyak masjid berdiri dengan megahnya dan dengan jarak antar masjid yang tidak begitu jauh mungkin kalau di jawa seperti jarak antar musholla dengan musholla, jadi kalau bisa dibilang satu desa memiliki lebih dari dua masjid. Seperti masjid yang tampak dalam poto ini, kedua masjid ini hanya dipisahkan oleh jalan kira-kira 3meter. Pada saat pembangunannya aku berpikir kalau masjid yang lama akan diganti dengan masjid yang baru, tetapi setelah jadi kedua masjid ini sama-sama digunakan untuk sholat lima waktu maupun sholat jum’at, aku sempat bingung bagaimana waktu sholat jum’at. Pertanyaanku baru terjawab setelah 2 minggu aku sholat jum’at disana, kedua masjid tersebut melakukan sholat jum’at secara bergiliran, he…he…bingung ya… jadi kalau minggu pertama ada di masjid lama maka minggu berikutnya dilakukan di masjid yang baru. Semoga banyaknya masjid di pulau ini dapat memudahkan kaum muslim dalam menunaikan ibadahnya dan menjadikan kota yang religius dan penuh barokah. Amien.