Belajar dari Kick Andi

Banyak cara untuk mengasah hati, kepedulian, semangat hidup untuk tetap bersyukur apapun yang telah digariskan oleh Allah tanpa berkeluh kesah dan mengambil hikmah dari setiap kekurangan yang telah diberikan bukan untuk menjadikan kita menjadi lemah dan meminta pada orang yang kita anggap mempunyai kelebihan. KICK ANDI mungkin bisa dijadikan salah satu dari ribuan mungkin juga jutaan cara untuk mengasah diri kita.

Pada penganugerahan eagle award kemaren, banyak yang bisa kita pelajari dari tokoh-tokoh dalam film itu.
Suster Apung: seorang suster perempuan yang bertugas di pulau terpencil dengan segala keterbatasannya, dengan hatinya dia bergerak bukan dengan materi yang biasanya banyak kita kejar, dengan perahu ia datang mengunjungi pasien-pasien yang bukan orang yang berduit seperti di kota-kota, kekurangan persediaan obat, keterbatasan transportasi tidak menjadikan ia berhitung atau bahkan mengurungkan niatnya. Tampak dalam cuplikan film tersebut ia berenang disebelah kapal kecil kalo sepintas kulihat itu malam hari.
Buyung : Seorang anak dengan keterbatasan penglihatannya (tuna netra), dengan ketrampilannya dan kemampuannya dia membuat sapu lidi yang dijajakan dengan gerobak dan dia sebagai kudanya dan ibunya duduk dibelakang yang memberi arahan harus kemana dan bagaimana buyung harus membawa gerobaknya dengan sapu lidi sebagai dagangannya, ada yang menarik dari pesan ibunya kalau meskipun mereka hidup serba kekurangan tetapi dia melarang si buyung untuk mengemis atau meminta-minta pada orang lain. Sebuah prinsip hidup yang sudah banyak diabaikan.

Banyak diantara kita yang dengan kelebihan fisik maupun intelektual tidak bisa menjadi setegar mereka melewati halangan yang mungkin tidak sebanding dengan halangan yang mereka harus lalui tanpa ada kesempatan untuk berkeluh kesah. Mungkin kita harus belajar dari mereka bagaimana harus berpikir sederhana dan cepat, bahwa kita harus mencari jalan untuk hidup hari ini, besok dan besoknya lagi tanpa harus menunggu dari saudara, kerabat, atau orang lain bahkan pejabat.

Doa Resah

Tuhan, turunkan satu bidadari untukku
Sebelum malam memaksaku
Terlentang lantang di pinggir jalan

Turunkan satu untukku
Sebelum aku mati jeli
Di tali para penjual hati
Sebelum terbakar jadi tembikar
Ditungku penuh gambar

(Dikutip dari buku Beri Aku satu Bidadari)

Breaking News Berita Duka

Jum’at, jam 12.23 pagi, hpku berbunyi sebuah pesan singkat masuk dari adikku yang mengabarkan bahwa bapak dari mertua kakakku telah berpulang kepada Allah SWT, Inna lillahi wa inna illaihi rojiun.
Tidak banyak sebenarnya yang aku ketahui dari beliau, aku baru sempat bertemu beliau dua kali. Seorang bapak yang kalo boleh kumenilai dari fisiknya, seorang bapak yang keras dalam mendidik anak-anaknya walaupun masih kulihat kesabaran dalam dirinya, gaya bicara yang tenang (g kaya aku he…he…) kalo melihat penampilannya tampak kesederhanaan dan religius.
Beberapa hari yang lalu aku punya niat jika aku dipindahkan ke pulau Bali aku ingin menimba ilmu di pondok beliau di banyuwangi, ilmu yang belum banyak kupelajari seusiaku ini, niat ini beberapa hari yang lalu kuceritakan kepada kakakku kalo aku ingin mondok di bapaknya (Pak Zaini), belum sempat hal tersebut terlaksana beliau sudah dipanggil menghadap yang Maha Kuasa, ada perasaan kehilangan dihatiku walaupun hanya sekilas kumengenalnya. Selamat jalan Pak Zaini, semoga amal ibadah bapak diterima disisi Allah SWT dan keluarga diberikan ketabahan.