½ Dien yang terpenuhi

Minggu tanggal 30 Juli 2006 kemaren, aku datang mengikuti prosesi pernikahan adik kandungku yang ke-4. biasa mungkin secara prosesi tetapi ada satu lembaran hidup baru yang akan dia lalui setelah ini yang tidak pernah dia lalui sebelumnya, langkah untuk lebih bertanggungjawab dalam setiap langkahnya.
Cukup meriah bagi kami sekeluarga walaupun tidak dilakukan di gedung yang mewah, hanya dikampung didepan halaman rumah kami.
Dari setiap prosesi yang aku ikuti sambil membawa handycam kecil kesayanganku yang selalu kubawa kemana-mana, ada perasaan haru yang menyeruak diantara hati ini dan kekaguman atas keberanian untuk mengambil sebuah keputusan melangkah lebih walaupun harus melalui senang ataupun sedih yang yang masih gelap tak nampak oleh mata.
Aku berdiri sendiri diantara lalu lalang undangan yang sedang menikmati hidangan sambil sesekali bercanda dengan undangan yang lain, sudah banyak yang menghampiriku sambil bercanda sekaligus bertanya kapan….kapan…ini gilirannya, aku hanya menjawab sambil tersenyum “sehabis ini”, jawabku. Dalam hatiku ada kerinduan atas panggilan serta janji Allah tersebut, janji yang tidak pernah teringkari.
Keputusan yang belum pernah dengan berani aku ambil sampai sekarang dengan tegas. Aku pasrahkan padamu ya Allah berikan aku yang terbaik menurutMu.