KACAMATA COBAAN

Aku merasa bahwa hidup yan gaku lalui begitu beratnya sehingga aku sering sekali berkeluh kesah pada diriku sendiri, tapi minggu kemaren aku dapat satu pelajaran.

Minggu kemaren aku sempet dijadikan temen curhatnya salah seorang temenku yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Senang sekali aku bisa dipercaya untuk mendengarkan kegaulauan hatinya. Meskipun begitu aku juga ikut merasakan bagaimana galaunya seandainya masalah itu mampir dikehidupanku.
Sedih, bimbang, marah dll mungkin itu yang dirasakan kakakku sekarang ini, karena mimpi yang diidamkan oleh setiap insani ada kemungkinan berantakan alias gagal sebelum sempat dibina. Permasalahannya sebenarnya sepele hanya karena perbedaan ras dan adat, mungkin bisa kita anggap ringan tetapi mungkin juga berat karena kita berhadapan dengan tatanan masyarakat yang masih fanatic dengan tanpa kepedulian terhadap agama yang seharusnya dapat menyatukan perbedaan itu.
“Mbak, apa calonnya ini ga bisa mengambil keputusan sendiri, ta?” tanyaku. “Dia sendiri bingung harus mengambil jalan yang mana.”
Setelah cerita panjang lebar, mungkin itu yang dapat aku lakukan untuk mendengarkannya tanpa ada bantahan agar beban dalam hatinya bisa berkurang dengan bercerita kepada orang lain. “Gini aja mbak, aku ga tau persisnya tapi menurutku kalo memang udah mantep dengan pilihan yang ini, mungkin calon mbak perlu dapat bantuan penyelesaian dari mbak, dengan dipikirkan bersama-sama keputusan itu Insyaallah jadi ringan.
Tapi apapun yang akan terjadi hanya Allah yang tau apa yang terbaik untuk kita, hanya doa dan ikhtiar yang dapat kita lakukan.
Selamat berusaha mbak, tidak ada cobaan yang melebihi batas kemampuan kita.